Tembung Kawi- Istilah merupakan kata, kalimat maupun gabungan kata yang digunakan sebagai nama, julukan, atau lambang dengan cermat. Istilah tergolong jenis kata ungkapan yang dapat mengungkapkan makna rasa, konsep, proses, keadaan, maupun sifat yang khas pada bidang tertentu seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Dalam bahasa Indonesia istilah sering di pakai untuk menamai sebuah tempat, makanan, hingga nama seseorang dengan tujuan dapat memberikan manfaat kepada pemilik nama tersebut. Tak hanya dalam bahasa Indonesia, Terdapat beberapa bahasa daerah di Indonesia yang dapat disebut sebagai istilah salah satunya adalah bahasa Jawa.

Bahasa jawa memiliki arti banyak sekali ketika bahasa Indonesia di terjemahkan dalam bahasa Jawa. Bahasa Jawa juga memiliki berbagai jenis kalimat dan kata yang digunakan khusus pada kondisi tertentu. Basa Krama adalah salah satu jenisnya, kemudian Basa Krama ini terbagi lagi menjadi berbagai kelompok.

Kita tidak akan membahas tentang Basa Krama, yang akan kita bahas kali ini bersangkutan dengan istilah yang ada di dalam bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki banyak sekali materi di dalamnya, materi materi ini digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai contohnya adalah tembung, tembang, cerkak, geguritan, dan salah satunya juga istilah ini yang disebut sebagai tembung kawi.

Pembahasan Prasstyle.com kali ini akan tidak akan tertuju pada tembang macapat ataupun tembung camboran. Melainkan tertuju pada tembung kawi yang mana akan di paparkan luas dan gamblang sehingga pembaca mampu memahami isi di dalamnya. Dan juga sebagai sarana pembelajaran bagi siswa siswa khususnya bagi siswa sekolah dasar.

Mari kita kupas lengkap apa itu tembung kawi, contoh tembung kawi dan berbagai pembahasan lainya. Simak penjelasan dibawah ini.

Tembung Kawi Yaiku?

tembung kawi
Prasstyle.com

Tembung kawi adalah suatu jenis dialek bahasa Jawa Kuno yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dan dipakai dalam penulisan karya-karya sastra. Dalam tradisi Jawa, tembung kawi juga disebut dengan istilah bahasa Jawa Kuno. (Dikutip dari wikipedia)

Tembung kawi merupakan jenis kata yang unik. Dapat menggambarkan sebuah karakter seseorang sehingga sering digunakan untuk sebuah nama. Mengapa unik? hal ini karena tembung kawi berasal dari bahasa Jawa kuno yang diwariskan oleh nenek moyang kita.

Tembung kawi yaiku golongan jenis tembung kang cak-cake winates ana ning basa endah. Tembung kawi biasane kanggo ning kesenian kethoprak, wayang, dagelan lan pranata adicara ing acara gedi kang gegayutan karo adat kejawen.

Makna utama dari Kawi adalah “penyair” sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh sang penyair atau sang kawi disebut kakawin (puisi) dan prosa. Kakawin ini merupakan rangkaian berbagai puisi yang dilengkapi dengan kata kata indah yang didalamnya teradapat pola tertentu.

Dalam tradisi Jawa, bahasa kawi tergolong dalam bahasa sanskerta. Tidak semua bahasa Jawa kuno mengandung bahasa tembung kawi di dalamnya, akan tetapi tidak sedikit juga nenek moyang kita yang memakai bahasa kawi sebagai pelengakap atau sekedar untuk keindahan bahasa.

Tembung kawi ini juga di ajarkan dalam mata pelajaran bahasa Jawa. Pembahasan tembung kawi juga terdapat pada pepak jawa, akan tetapi penjelasan rincinya belum ada di dalamnya.

Tembung kawi melambangkan adat istiadat Jawa yang masih ada hingga kini. Bahasa dari tembung kawi sangat indah dan layak untuk di lestarikan.

Namun sayang, beberapa masyarakat khususnya Jawa banyak yang belum mengerti bahkan belum mengenal tembung kawi ini. Kita sebagai generasi penerus bangsa wajib untuk melestarikan bahasa tembung kawi ini dengan cara belajar memahami, membacanya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.

Tembung kawi juga memiliki fungsi dimana fungsi ini tidak terdapat pada materi dalam bahasa Jawa lainya. Simak lebih lanjut! 🙂

Baca Juga: Tembung Saroja Lengkap Penjelasan dan Contohnya

Fungsi Tembung Kawi

tembung kawi
pinterest.com

Sama halnya dengan tembung lingga, tembung kawi juga memiliki fungsi tertentu sehingga tidak salah dalam penggunaan bahasa kawi ini.

Zaman dahulu bahasa kawi digunakan oleh nenek moyang untuk membuat karya sastra Jawa. Karena bahasa Jawa pada zaman dahulu tergolong rumit dan hanya sedikit yang dapat memahami.

Bahasa dari tembung kawi tergolong bahasa mati. Mengapa demikian? karena bahasa kawi tidak dapat di gabungkan dengan bahasa yang kita gunakan sehari hari. Apabila digabungkan, akan memiliki makna yang tidak singkron dan terkesan aneh (wagu).

Berikut Adalah Fungsi dari Tembung Kawi:

  1. Tembung kawi digunakan dalam dunia sastra Jawa zaman dahulu, seperti dalam kakawin, candi, candakarana, prasati dan masih banyak yang lainya.
  2. Umumnya tembung kawi digunakan untuk pertunjukan kethoprak, dagelan, wayang, bahkan pranata adicara dalam sebuah acara kejawen.
  3. Tembung kawi sering digunakan pada acara pernikahan jawa (kejawen).
  4. Tembung kawi dapat digunakan sebagai nama seseorang karena dipercaya dapat memberikan pengaruh positif kepada pemiliknya.
  5. Tembung kawi digunakan sebagai bahan studi ilmu linguistik, filologi, kesustraan, skripsi mahasiswa dan lain lain.

Sejarah Tembung Kawi

wayang gunungan
pinterest.com

Awal mula digunakanya bahasa tembung kawi ini berasal dari prasasti Sukabumi pada tahun 804 M. Didalamnya terdapat penjelasan singkat mengenai bahasa kawi ini. Pada prasasti ini terdapat sebuah bukti yang membenarkan adanya bahasa tembung kawi yaitu tertulis dalam naskah Candakarana yang berisi cara membuat kakawin dan terdapat kamus tembung kawi yang isinya kumpulan kata dalam bahasa tembung kawi.

Berikut Adalah Sejarah Awal Penggunaan Bahasa Tembung Kawi:

  • Sebelum abad ke 9 (IX) (Zaman prasejarah sastra tembung kawi)

Pada zaman ini, karya sastra Jawa yang berbahasa kawi diwariskan secara lisan, yakni diajarkan dari guru kepada murid muridnya

  • Mataram

Kerajaan Mataram dimulai kurang lebih sekitar abad ke 9-10 Masehi yang saa itu pemerintahan dipimpin oleh Mpu Sindok pada tahun 925 sampai 962 Masehi. Kemudian berlanjut hingga pemerintahan dipimpin oleh raja Dharwangsa Teguh pada tahun 991 sampai 1007 Masehi. Zaman Mataram ini melahirlah karya sastra Jawa yang berbentuk prosa dan Kakawin Ramayana.

  • Kediri

Adanya bahasa kawi di kejaraan Kediri ini bermula pada kepimimpian Raja Kediri yakni Prabu Airlangga pada tahun 1019 sampai 1049 Masehi sampai pemerintahan kerajaan diambil alih oleh Raja Kertanegara tahun 1268 sampai 1292 Masehi yang terletak di Singasari. Karya sastra kawi pada masa ini menghasilkan jenis tembang.

  • Majapahit I (1239 – 1389 Masehi)

Adanya bahasa kawi diawali sejak lahirnya kerajaan Majapahit pada tahun 1239 M sampai kerajaan yang dipimpin oleh Hayam Wuruk mencapai puncak keemasan pada tahun 1350-1389 Masehi. Karya sastra tembung kawi Jawa yang dihasilkan pada masa ini adalah Brahmãódapurãóa, Sutasoma, dan Pãrthayajna.

  • Majapahit II

Berawal pada masa pemerintahan Raja Wikrama Wardana pada tahun 1389 sampai 1482 Masehi hingga hancurnya kerajaan Majapahit pada tahun 1518 M. Karya sastra Jawa tembung kawi yang lahir pada masa ini adalah Kakawin Nitiuastra, Nirartha Prakerta, Dharmauunya dan Hariuraya.

Baca Juga: Tembung Entar Penjelasan, Ciri Ciri, dan 154+Contohnya

Peninggalan Karya Sastra Wilayah Jawa

bahasa kawi
pinterest.com

Karya sastra Jawa ini berbentuk kakawin (puisi) dan prosa yang ada di Nusantara. Berikut adalah peninggalan karya sastra di wilayah Jawa.

Karya-Karya Sastra Jawa Kuno

Karya Sastra Jawa Kuno dalam Bentuk Prosa

  • Candakarana
  • Sang Hyang Kamahayanikan
  • Brahmandapurana
  • Agastyaparwa
  • Uttarakanda
  • Adiparwa
  • Sabhaparwa
  • Wirataparwa ~ 996

Karya Sastra Jawa Kuno dalam Bentuk Puisi (Kakawin)

  • Kakawin Tertua Jawa ~ 856
  • Kakawin Ramayana ~ 870
  • Kakawin Arjunawiwaha, mpu Kanwa, ~ 1030
  • Kakawin Kresnayana
  • Kakawin Sumanasantaka
  • Kakawin Smaradahana
  • Kakawin Bhomakawya
  • Kakawin Bharatayuddha, mpu Sedah dan mpu Panuluh ~ 1157
  • Kakawin Hariwangsa
  • Kakawin Gatotkacasraya
  • Kakawin Wrettasañcaya

Baca Juga: Tembang Gambuh (Pengertian, Watak, & Paugeran)

Karya-Karya Sastra Jawa Tengahan

Karya Sastra Jawa Tengahan Bentuk Prosa

  • Tantu Panggelaran
  • Calon Arang
  • Tantri Kamandaka
  • Korawasrama
  • Pararaton

Karya Sastra Jawa Tengahan Bentuk Puisi (Kakawain)

  • Kakawin Dewaruci
  • Kidung Sudamala
  • Kidung Subrata
  • Kidung Sunda
  • Kidung Panji Angreni
  • Kidung Sri Tanjung

Karya-Karya Sastra Jawa Baru

Karya Sastra Jawa Baru

  • Kidung Rumeksa ing Wengi
  • Kitab Sunan Bonang
  • Primbon Islam
  • Suluk Sukarsa
  • Serat Koja Jajahan
  • Suluk Wujil
  • Suluk Malang Sumirang
  • Serat Nitisruti
  • Serat Nitipraja
  • Serat Sewaka
  • Serat Menak
  • Serat Yusup
  • Serat Rengganis

Baca Juga: Tembang Dhandhanggula (Pengertian, Watak, Paugeran)

Contoh Tembung Kawi dan Artinya (Kamus Lengkap)

buku
pinterest.com

A

  1. Agni: geni 
  2. Agra: pucuk 
  3. Ajar: pandhita 
  4. Aji: Ratu, Raja 
  5. Akasa: awang-awang 
  6. Aldaka: gunung 
  7. Amba: aku, ingsun 
  8. Ambeg: sipat 
  9. Ancala: gunung 
  10. Andaka: bantheng 
  11. Angga: awak 
  12. Anggung: tansah 
  13. Angkara: loba 
  14. Apsara: dewa
  15. Asura: buta
  16. Ardi: gunung 
  17. Arga: gunung 
  18. Aris: alon, sareh 
  19. Arka: srengenge 
  20. Arsa: arep 
  21. Astha: wolu 
  22. Asthi: gajah 
  23. Atma: anak 
  24. Atmaja: anak 
  25. Aywa: aja 
  26. Abra: sumorot 
  27. Adipati: bupati 
  28. Aditya: srengenge
  29. Adilaga: paprangan 
  30. Adyaksa: jaksa 
  31. Aglar: sumebar 
  32. Akrami: ningkah, susila 
  33. Akasama: pangapura 
  34. Amerta: banyu, urip 
  35. Anggada: gelang 
  36. Andaru: lintang 
  37. Ananta: warna-warna 
  38. Anapi: nanging 
  39. Among: njaga 
  40. Amrik: ngambar wangi 
  41. Andaka: bantheng 
  42. Anderpati: kendel banget
  43. Andakara: srengenge
  44. Andika: ngandika 
  45. Andrawina: pasugatan
  46. Angakara: tamak 
  47. Arcapada: jagad, bumi 
  48. Astana: kuburan
  49. Arimong: macan 
  50. Arjasa: wit 
  51. Arnawa: segara, lautan 
  52. Asta: wolu 
  53. Asung: weweh 
  54. Among karso: karepe dhewe 
  55. Among karsa: mrintah neg.
  56. Atmaka: anak 
  57. Asup: mlebu 
  58. Aswa: jaran 
  59. Awiyat: awang-awang
  60. Ayun: arep gelem 

B

  1. Badhama: gaman
  2. Badra: rembulan
  3. Bantala: lemah
  4. Baruna: segara
  5. Bathara: dewa
  6. Bayu: angin
  7. Bagaspati: srengenge
  8. Bacira: alun-alun
  9. Bagawan: pandhita
  10. Baka: langgeng
  11. Bagaskara: srengenge
  12. Bajra: inten, bledeg
  13. Bagya: begja 
  14. Bandayuda: perang 
  15. Bathari: dewi 
  16. Bayangakara: prajurit
  17. Basmi: kobong 
  18. Basanta: rembulan
  19. Banawi: kali
  20. Banawa: prau 
  21. Balitu: bodho. 
  22. Birawa: gagah, giris
  23. Biksu: pandhita 
  24. Bima: medeni
  25. Belasungkawa: melu susah
  26. Banu: sorot srengenge
  27. Bawa: laksana Nuhoni guneman
  28. Boga: pangan
  29. Boja: pangan
  30. Bojaan: pesta
  31. Boma: awang-awang
  32. Bomantara: langit
  33. Bondhan: njoged
  34. Botrawi: tlaga. 
  35. Bramara: tawon
  36. Brama: geni
  37. Bramantya: nesu
  38. Brangtha: kasmaran
  39. Brasth: rusak, ilang
  40. Bujaga: pesta
  41. Bupala: Raja
  42. Butala: lemah
  43. Buwana: bumi
  44. Bulubekti: pajeg
  45. Busana: sandhangan

C

  1. Cakra: rodha
  2. Cakrawala: langit
  3. Candhala: daksiya
  4. Candra: rembulan
  5. Candramawa: kucing
  6. Canthoka: kodhok
  7. Canthula: kurang ajar
  8. Caraka: utusan 
  9. Catur: papat 
  10. Cidra: durjana 
  11. Cintra: susah, cilaka 
  12. Cipta: ngarang 
  13. Citra: gambaran 
  14. Crema: wlulang, kulit 
  15. Culika: durjana 
  16. Cundhaka: utusan
  17. Curiga: keris

D

  1. Dahana: geni 
  2. Danawa: buta 
  3. Dhandhang: gagak 
  4. Dhadhu: abang 
  5. Dhatulaya: kraton 
  6. Dasa: sepuluh 
  7. Datan: ora 
  8. Dipangga: gajah 
  9. Dirgantara: awang-awang 
  10. Ditya: buta 
  11. Diyu: buta 
  12. Dhingin: dhisk 
  13. Driya: ati 
  14. Duk: nalika 
  15. Duksina: kidul 
  16. Dulu: ndeleng 
  17. Duta: utusan 
  18. Dwi: loro 
  19. Dwija: guru 
  20. Dhuhkita: susah 
  21. Dumadi: urip 
  22. Dahaga: geni 
  23. Dahat: banget 
  24. Dara: bocah wadon
  25. Danu: gendhewa 
  26. Daksa: pinter 
  27. Danta: untu 
  28. Daksina: tengen, kidul 
  29. Darbe: suket 
  30. Dawala: putih 
  31. Dasih: abadi 
  32. Darsana: conto 
  33. Darpita: kendel seru 
  34. Darma: wajib 
  35. Dayinta: putih 
  36. Dewangkara: srengenge 
  37. Den: di 
  38. Dennya: sarehne 
  39. Dhandaha: gada 
  40. Dhihi: biyen 
  41. Dibya: misuwur 
  42. Dipati: Raja 
  43. Diraga: gajah 
  44. Digdaya: sakti
  45. Dira: kendel 
  46. Dite: dina Minggu 
  47. Dhingin: dhisik 
  48. Drana: sabar 
  49. Dri: gunung 
  50. Dura: adoh 
  51. Dumilah: sorot 
  52. Dur: jahat, ala 
  53. Dustha: julig 
  54. Duratmaka: wong ala 
  55. Durna: pangayoman 
  56. Durga: alangan, bebaya 
  57. Dwipangga: gajah 
  58. Dwipa: gajah, pula
  59. Dyatmika: anteng, alus
  60. Dyah: putri
  61. Dyan: putra, banjur

E

  1. Eka: siji
  2. Eksi: mata
  3. Erawati: bledeg
  4. Ernawa: segara 
  5. Esa: tunggal 
  6. Esti: karep 
  7. Ekapraya: sarembug 
  8. Entar: sanepa
  9. Endah: becik 
  10. Enu: dalan

G

  1. Gahana: jurang
  2. Gapura: lawang, agung 
  3. Gata: laku 
  4. Gatra: baris 
  5. Gegana: awang-awang 
  6. Giri: gunung 
  7. Guntur: jugrug
  8. Gurnita: gludhug 
  9. Guruh: bledheg 
  10. Gya: enggal 
  11. Garini: bojo 
  12. Gama: dalan 
  13. Garbini: meteng, mbobot 
  14. Gangga: kali, banyu 
  15. Gana: mendhung, mega 
  16. Gandhi: palu 
  17. Garba: weteng 
  18. Gandarwa: uta, dhemit 
  19. Gerah: awang-awang 
  20. Gita: kembang
  21. Gili: gunung cilik
  22. Giwangkara: srengenge 
  23. Gini: wong wadon 
  24. Gora: banget, gedhe 
  25. Grana: irung 
  26. Gra: banget, pucuk 
  27. Graha: lintang, omah 
  28. Gupala: baureksa, rca 
  29. Gung: gedhe

I

  1. Iba: gajah 
  2. Ima: mega 
  3. Imalaya: gunung 
  4. Ina: aso 
  5. Indriya: karep 
  6. Ingsun: aku

J

  1. Jala: banyu
  2. Jaladara: mendhung
  3. Jaladri: segara
  4. Jalanidhi: segara
  5. Jalu: lanang
  6. Jalma: wadon
  7. Jawata: dewa
  8. Jarwa: teges
  9. Jaya: menang
  10. Jenar: kuning
  11. Juwita: wanita
  12. Jagad: bumi, donya 
  13. Jahnawi: banyu 
  14. Jahni: banyu
  15. Jana: wong 
  16. Jatha: siung
  17. Janaloka: donya 
  18. Jangga: gulu 
  19. Jati: asli, nyata
  20. Jnggala: alas 
  21. Jladri: segara
  22. Jilma: wong
  23. Jingga: abang nom 
  24. Jumantara: langit
  25. Judhi: perang
  26. Jurit: perang
  27. Juga: mung

K

  1. Kadya: kaya
  2. Kaga: manuk
  3. Kalbu: ati
  4. Kaloka: kesuwur
  5. Kalpika: ali-ali
  6. Kalyana: linuwih
  7. Kanan: tengen
  8. Kapti: karep
  9. Kapiyarsa: keprungu
  10. Kardi: gawe
  11. Karta: aman
  12. Kartika: lintang
  13. Karya: gawe
  14. Kayun: karep
  15. Kencana: emas
  16. Kering: kiwa
  17. intaka: layang
  18. Kisma: lemah
  19. Kresna: ireng
  20. Kukila: manuk
  21. Kuncara: misuwur
  22. Kusuma: kembang
  23. Kuwawa: kuwat
  24. Kaca: rambut
  25. Kadhaton: kraton
  26. Kalindhih: kalah
  27. Kalpa: kaya
  28. Kalwang: lawa
  29. Kanuraga: digdaya
  30. Kanin: tatu
  31. Kanugrahan: paweh
  32. Kanaka: kuku, emas
  33. Kawuryan: katon
  34. Kangkan: pedhang
  35. Kawi: cerita
  36. Kawangwang: katon
  37. Kantaka: semaput
  38. Kawuri: biyen 
  39. Karga: keris
  40. Karna: kuping
  41. Kapi: kethek
  42. Kasatmata: katon
  43. Karma: kelakuan
  44. Kenyar: sorot 
  45. Kelimengan: peteng 
  46. Kenya: bocah wadon
  47. Kengis: katon
  48. Kinanthi: digandeng
  49. Kirana: rembulan
  50. Kingkin: sedhih
  51. Krura: nesu, golok
  52. Komala: alus, inten
  53. Koswa: wadyabala
  54. Kongas: misuwur, sumebar
  55. Kriya: pangawean
  56. Kuda: jaran
  57. Kurda: nesu seru
  58. Kumara: bocah
  59. Kusala: pinter, apik
  60. Kunarpa: bangka
  61. Kundhala: ali-ali 
  62. Kumba: sirah, bocah

L

  1. Lalis: mati
  2. Lampus: mati
  3. Langking: ireng 
  4. Lastri: bengi
  5. Layu: mati
  6. Lebda: pinter
  7. Lena: mati
  8. Lir: kaya
  9. Loh jinawi: subur
  10. Loka: jagad
  11. Ludira: getih
  12. Luhur: mulya
  13. Lumaksana: mlaku
  14. Laban: kilat
  15. Layon: janasah
  16. Laya: panggonan
  17. Labuh: tumiba, tiba 
  18. Latri: bengi 
  19. Lawan: karo
  20. Lamkita: tanda, ngalamat
  21. Lara: susah, prawan 
  22. Laksmi: ayu
  23. Langkap: gendhewa
  24. Laga: perang
  25. Laksita: konangan 
  26. Lagya: lagi
  27. Lamun: yen
  28. Lelana: ngumbara
  29. Lebuh: dalam
  30. Leksana: mlaku 
  31. Listya: ayu 
  32. Lingga: tandha, reca 
  33. Lirwa: sembrana 
  34. Lodra: galak 
  35. Lohita: abang 
  36. Lungayan: gulu 
  37. Lukita: tuladha 
  38. Luhung: luhur

M

  1. Madya: tengah
  2. Makarya: nyambut gawe 
  3. Mameh: golek 
  4. Mami: aku 
  5. Mandholo: bumi 
  6. Manggal: panggedhe 
  7. Manjing: mlebu
  8. Marga: dalan
  9. Margana: panah 
  10. Marta: sabar 
  11. Maruta: angin 
  12. Mijil: metu 
  13. Mina: iwak 
  14. Mitra: kanca 
  15. Miyarsa: krungu 
  16. Mudha: enom 
  17. Mulat: weruh 
  18. Muroni: ngendemi 
  19. Murda: sirah 
  20. Musna: ilang 
  21. Mustaka: sirah 
  22. Maya: remeng-remeng 
  23. Maha: banget 
  24. Marus: getih 
  25. Maharsi: pandhita 
  26. Martani: sabar 
  27. Mala: cacad 
  28. Marcapala: jagad 
  29. Manira: aku 
  30. Manik: inten 
  31. Mandhala: bumi, tlatah 
  32. Mandhira: wit wringin 
  33. Mandrawa: kadohan 
  34. Mandragini: papan sare 
  35. Mandraguna: wicaksana 
  36. Merjaya: mateni 
  37. Meru: gunung 
  38. Miguna: pinter 
  39. Miyat: ndeleng 
  40. Minantaka: nelayan 
  41. Mimba: metu 
  42. Mintuna: jodho 
  43. Mindha: padha 
  44. Minging: wangi 
  45. Mong: macan 
  46. Maksa: mati, ilang
  47. Mring: marang 
  48. Mrih: supaya
  49. Musthika: inten 
  50. Murud: lunga, mati 
  51. Murti: awak 
  52. Mundhing: kebo 
  53. Murba: mrintah 
  54. Munggwing: ana ing 
  55. Myat: ndeleng 

N

  1. Nala: ati
  2. Nalendra: prabu 
  3. Narmada: kali 
  4. Narya: ratu 
  5. Nata: ratu 
  6. Naga: ula 
  7. Nagagini: ula wadon 
  8. Nara: wong, punggawa 
  9. Nawala: layang 
  10. Narendra: raja
  11. Nendra: turu
  12. Netra: mripat 
  13. Nestapa: sedih 
  14. Ngalembana: ngelem 
  15. Ngarsa: ngarep 
  16. Ngesthi: mikir
  17. Nir: ilang 
  18. Nila: biru
  19. Nindya: utama, ora cacat 
  20. Nirbaya: kendel, seru 
  21. Nimpuna: pinter 
  22. Nuladha: niru 
  23. Nuswa: pulo 
  24. Nugraha: ganjaran, peparing

O

  1. Obar-abir: pilat 
  2. Orem: semambat

P

  1. Pabaratan: paperangan
  2. Pada: sikil
  3. Palagan: paperangan
  4. Palastra: mati
  5. Palupi: tuladha 
  6. Pambayun: pambarep 
  7. Pamulu: praen 
  8. Panca: lima 
  9. Pancakara: perang 
  10. Panti: omah 
  11. Pangaksama: pangapura 
  12. Pangastuti: sembah 
  13. Pangupajiwa: panguripan 
  14. Paramarta: luhur 
  15. Patra: gedhong 
  16. Pawiyatan: sekolah 
  17. Pidha: karya 
  18. Pita: kuning
  19. Pradangga: gamelan 
  20. Praja: negara 
  21. Pralaya: mati, rusak
  22. Pramuka: panggedhe
  23. Prapta: teka 
  24. Pratala: lemah 
  25. Pratiwi: lemah 
  26. Prawira: kendel 
  27. Priya: lanang 
  28. Priyangga: dhewe 
  29. Purna: ganap, bubar 
  30. Puspita: kembang 

R

  1. Radyan: raden
  2. Rahayu: slamet 
  3. Raga: awak
  4. Ratri: bengi 
  5. Rawi: srengenge
  6. Rekta: abang 
  7. Rena: ibu 
  8. Ripta: ngarang 
  9. Roga: lara 
  10. Rukmi: emas

S

  1. Saeka praya: rukun 
  2. Sah: pisah 
  3. Sakti: digdaya 
  4. Samirana: angin 
  5. Samodra: segara 
  6. Samya: padha 
  7. Sana: panggonan
  8. Sanggraha: cawisan 
  9. Sardula: pangan 
  10. Sarira: badan 
  11. Sarpa: ula 
  12. Sasana: papan 
  13. Sasangka: rembulan 
  14. Sasmita: tandha 
  15. Sastra: tulis 
  16. Sata: satus 
  17. Sato: kewan 
  18. Sawego: sediya 
  19. Seta: putih 
  20. Sigra: gelis 
  21. Sila: patrap
  22. Sinudarsana: ditiru 
  23. Sira: kowe 
  24. Sirna: ilang 
  25. Siswa: murid 
  26. Sitoresmi: rembulan
  27. Siwi: anak 
  28. Soca: mripat 
  29. Sopana: dalan
  30. Sona: asu 
  31. Song: payung
  32. Sotya: inten 
  33. Sudarma: bapak 
  34. Sudarsana: conto 
  35. Sudir: digdaya 
  36. Sumbaga: misuwur 
  37. Sungkawa: susah 
  38. Sunu: anak 
  39. Sura: wani 
  40. Surya: srengenge
  41. Suta: anak 
  42. Sweda: kringet

T

  1. Tan:ora
  2. Tanaya: anak
  3. Taru: wi
  4. Taruna: enom
  5. Tinon: katon
  6. Tirta: banyu
  7. Tliti: turun
  8. Trusta: seneng
  9. Turangga: jaran
  10. Tyas: ati 

U

  1. Udrasa: tangis
  2. Udyana: taman
  3. Upaya: golek 
  4. Upiksa: weruh 
  5. Usada: tamba 
  6. Utama: becik 
  7. Utara: lor 

W

  1. Wacana: caturan
  2. Waluya: waras 
  3. Wana: alas
  4. Wanara: kethek 
  5. Wandawa: kadang 
  6. Wardaya: ati 
  7. Warih: banyu 
  8. Warsa: taun 
  9. Wasana: pungkasan 
  10. Waskita: awas 
  11. Waspa: luh 
  12. Wastra: sandhangan 
  13. We: banyu 
  14. Wibawa: luhur 
  15. Wibi: ibu 
  16. Wicara: guneman
  17. Widi: Knag Maha Agung 
  18. Widya: kawruh, pinter 
  19. Wil: guna 
  20. Wilis: ijo 
  21. Wimba: wetu 
  22. Wira: prajurit 
  23. Winursita: dicritakake 
  24. Wisma: omah 
  25. Wisuda: angkat 
  26. Wiyati: awang-awang 
  27. Wredha: tuwa 
  28. Wreksa: kayu 
  29. Wukir: gunung 
  30. Wuntat: buri 
  31. Wuyung: kasmaran 

Y

  1. Yana: kreta
  2. Yasa: gawe
  3. Yayah: bapak
  4. Yekti: bener
  5. Yitna: ngati-ati
  6. Yoga: anak
  7. Yogya: becik
  8. Yuda: perang
  9. Yuwana: slamet
  10. Ywa: aja

Demikian penjelasan lengkap mengenai tembung kawi, bonusnya buat kamu adalah kamus lengkap tembung kawi. Semoga setelah membaca ini kamu dapat memahami tembung kawi dan semoga bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Terimakasih 🙂 😉

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like
Read More

Struktur Daun Belajar Biologi

struktur daun adalah ilmu pengetahuan yang di bahas pada bidang sains biologi yang membahas mengenai apa saja sih…
contoh teks persuasif
Read More

Contoh Teks Persuasif

Contoh Teks Persuasif- Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sangat di junjung tinggi oleh rakyat Indonesia. Bahasa ini juga…